(No Tittle)
Oleh: Atika
Dikaruniai anak oleh Allah SWT adalah anugerah luar biasa.Ketika lahir buah cintaku dengan suami, seperti setiap orangtua kami ingin melakukan yang terbaik untuk anak-anak kami. Nah dari jaman hamil sampe melahirkan, yang getol kulakukan adalah mengumpulkan info parenting dan BELANJA. Hehe..namanya juga perempuan kan, shopping always be fun!.Apalagi sekarang ini perlengkapan bayi udah makin canggih dan lucu-lucu.Misalnya gurita yang dulu cuma bertali-tali sekarang diupgrade jadi berperekat. Bedong yang dulu berupa kain diubet-ubetkan sekarang udah diupgrade jadi bedong siap pakai. Begitupun popok...yang dulu hanya kain persegi dengan tali dikanan kiri sekarang sudah diupgrade menjadi aneka rupa popok kain modern yang disebut cloth diaper.
Waktu Altaf lahir, semua masih proses adaptasi. Ternyata habis ngeden melahirkan itu membuat tulang2 rontok. Merawat newborn yang setiap saat pipis dan eek juga menimbulkan stress tersendiri. Tapi nekat gak pakein Altaf disposable diaper dan bertahan dengan popok tali. Kenapa begitu? Karena sehabis partus normal yang notabene darah nifasnya banyaaaak, aku mengalami betul yang namanya IRITASI gara-gara pake pembalut terus menerus. Biasanya kalo menstruasi kan pake pembalut cuma semingguan. Tapi waktu nifas sampe bersih, pake pembalut sekitar 40-harian. Nahhh waktu itu yang ada dibenakku adalah...orang dewasa aja kalo iritasi bisa sakiiiit gini, bagaimana dengan bayi baru lahir? yang iritasi gara-gara disposable diapers?. Apalagi disposable diapers dicurigai mengandung zat kimia berbahaya yang bisa menimbulkan efek jangka panjang. Ngeri!.
Tapi penggunaan popok tali juga bukannya bebas masalah. Selain gampang basah kuyub dan membuat bayi rawan masuk angin, juga buat pinggang encok karena cucian segunung. Browsing punya browsing akhirnya nemu artikel-artikel tentang cloth diaper. Waktu itu masih jarang sekali ada diIndonesia. Dan pas Altaf umur 2bulanan, dapetlah cloth diaper pertamanya yaitu Happy Heinys Pocket warna Royal Blue. Inget banget waktu pertama nyuci popok ini rasanya mau nangis. Huhuhu, satu popok bayi harganya segini?!!.
Ternyata setelah dipakein..ouwh terkesan dengan performanya yang aman dan nyaman untuk Altaf. Membuatku ingin mengumpulkan lagi, lagi dan lagi. Sebagai pecandu, yang kucari bukan hanya daya serap insert yang paling yahud. Tapi juga jatuh cinta dengan cloth diaper bermotif lucu atau berbulu-bulu. Sampai merembet ngumpulin pernak-perniknya macem liners, snappi, wetbag bubuk stripping, dll. Makin hari makin mantap pakein anakku cloth diaper karena prinsip ekologis dan ekonomis. Tidak menimbun sampah, bisa dicuci ulang, yang onesize bisa dipake sampe toddler dan bisa diturunkan untuk anak berikutnya. Supaya awet tentu saja cloth diaper harus dirawat. Perawatannya mudah, perhatikan aturan pencucian dan stripping berkala. Happy cloth diapering :).
Popok Kain : Akibat “Sok”-nya Bukan Main!
Oleh: Sukma
Ya, saya akui, saya memang sok. Berawal dari rasa sok ini ternyata berujung pada suatu kesenangan yang baru. Ah, bagaimana bisa? Sebelum bilang tidak mungkin, simak dulu pengalaman saya berikut ini.
Saya mulai berbelanja di dunia maya semenjak Rara berumur 7 bulan. Sudah dapat diduga, belanjaan saya yang pertama pastilah perlengkapan bayi. Saya mengunjungi hampir semua toko bayi online yang direkomendasikan teman dan mesin pencari Google adalah salah satu situs favorit.
Saya berhasil menemukan sesuatu yang membuat saya penasaran. Saya pun kemudian menjadi salah satu “silent reader” dari sebuah forum ibu dan anak, dan keasyikan membaca salah satu topik mengenai “cloth diaper”. Apa dan bagaimana “cloth diaper”- yang kemudian saya tahu popok kain adalah terjemahan bahasa Indonesianya- terjawab dari forum ini.
Aha! Saya menemukan komunitas akibat sok tahu googling popok kain, dan mereka dengan sukarela mengulas pemakaian berbagai cloth diaper pada bayi mereka. Usut punya usut, ternyata saya sudah termasuk pengguna popok kain versi jadul. Sedari masih berstatus bayi baru lahir, Rara adalah bayi dengan popok bertali. Awalnya saya kira, popok kain itu hanyalah pospak yang bisa dicuci dan dipakai berulang-ulang. Oh..oh..tidak, ternyata popok kain modern banyak sekali jenis dan rupanya! Saya jadi jatuh cinta.
Saya langsung menyiapkan presentasi mengenai popok kain ini. Presentasinya tidak menggunakan power point, namun cukup dengan kebawelan saya saja. Suami pun ternganga karena pertanyaan 5W 1H dapat saya babat tanpa kebat-kebit.
Saya menekankan bahwa kami akan banyak memperoleh keuntungan dengan popok kain ini. Dengan sok tahu, saya paparkan penghematan yang akan terjadi. Yah, angka memang tidak pernah gagal dalam meyakinkan suami saya. Unsur ramah lingkungan juga menjadi alasan kuat. Lalu mengenai kepraktisan? Sebenarnya saya masih ragu. Namun, karena saya sok percaya diri dan bilang akan cuci sendiri tanpa minta bantuan suami, si dia pun teryakinkan dan keluarlah pernyataan : “OK, darling!”
Sejalan dengan waktu, ternyata saya makin cinta dengan popok kain. Karena saya yang sok tahu, saya bisa mendapat barang bermutu. Karena saya yang sok percaya diri, saya pun memantapkan hati untuk memakai popok kain. Saya juga senang bisa bertemu teman sesama pengguna popok kain dan asyik sekali diajak bertukar pikiran. Saya pun senang menemukan hobi baru, yaitu menulis dan sekarang membuat blog karena popok kain. Saya terinspirasi untuk menyebarluaskan popok kain dengan motto : popok kain, rasakan kegunaannya yang tidak “main-main”.
Terimakasih popok kain! Nah, percaya kan kalau rasa sok itu memungkinkan jadi sesuatu yang positif? :)
Sabar, Perjuangan Mendapatkan Popok Kain Untuk Syifa
Oleh: Nurlatifah
Sejak Syifa lahir, saya sudah menggunakan popok kain. Ya, popok kain biasa yang juga digunakan sewaktu saya bayi. Ketika usia Syifa semakin bertambah, volume pee-nya pun semakin banyak. Alhasil kalau tidak memakai diaper, pee sampai kemana-mana. Apalagi kalau Syifa lagi tidur. Selain harus mengganti celana, baju yang basah terkena pee juga harus diganti, yang paling sedih kalau sampai mengganggu tidurnya. Kasihan Syifa kalau setiap tidur harus bangun karena terganggu saat saya ganti popoknya. Tidurnya jadi tidak berkualitas. Belum lagi kalau poo, noda poo akan sampai ke perlak yang akhirnya harus dibersihkan juga. Sebelum mengenal cloth diaper, saya siasati dengan cara yang hemat alias irit. Saya selipkan kain pada celana yang Syifa pakai. Tujuannya biar kalo pee tidak sampai kemana-mana, dan kalo poo tidak tembus ke perlak. Tidak tahu, apakah Syifa nyaman dengan solusi yang saya pakai ini. Karena Syifa juga tidak rewel, biasa aja.
Ini baru permasalahan yang saya hadapi ketika pee atau poo saat Syifa tidur. Berbeda lagi kalau sedang berpergian atau saat siang hari. Saya mencoba produk disposable diaper (pospak). Tetapi, masih ada masalah lagi “ruam popok”. Seperti ibu-ibu termakan iklan di televisi, saya mencoba berbagai merk pospak. Dari yang harganya murah meriah hingga yang mahal bikin kantong kering. Saya coba merk-merk itu untuk mengetahui pospak mana yang cocok untuk Syifa. Setelah ketemu, berlangganan deh dengan produk itu. Karena harganya yang mahal, jadi boros banget. Ditambah efek samping dari segi kesehatan dan tidak ramah lingkungan, karena selalu pusing kalau mau buang sampah pospak ini. Dan tentunya perlu solusi lagi.
Tidak mau berhenti berusaha sampai disini, saya cari informasi di sana-sini, tanya teman yang sama-sama punya baby, searching di dunia maya, hingga bertemulah saya dengan blog bunda-bunda modern, yang menawarkan cloth diaper di Online shop-nya. Permasalahan tidak selesai sampai disini. Harga cloth diaper yang begitu mahal. Padahal saya tidak cukup satu biji untuk keperluan popok Syifa. Harus nabung untuk beli cloth diaper. Padahal sudah pas banget produk ini, secara bisa dipakai cuci ulang, hemat, ramah lingkungan, sehat, tanpa bahan kimia, dan tentunya bisa dipakai hingga generasi berikutnya. Dimulailah perjuangan menabung dan menahan diri untuk tidak beli baju baru dulu.
Semoga cerpen ini, bisa memberi pencerahan kepada bunda-bunda, dan tentunya kalo menang kan bisa membantu memenuhi kebutuhan cloth diaper untuk Syifa. Bismillah ya anakku, semoga kita jadi pemenangnya. Amin.
Iritasi pun hilang… Mama senang… bayiku riang
Oleh: Anindita
Ketika cuti melahirkan, sebagai Ibu yg baru memiliki anak pertama, bisa dibilang aku masih minim pengalaman untuk mengurus bayi sendiri. Saat itu, aku me’nyita’ Mama ku untuk membantu ku merawat bayi ku. Asca begitu biasa bayiku dipanggil, sejak lahir memang kulitnya sangat sensitif. Kebetulan Asca lahir dengan berat badan yang cukup gemuk. Postur badannya yg agak gemuk tersebut, tentunya memiliki lipatan-lipatan kulit yang bisa dibilang lebih banyak. Menyadari hal tersebut, aku diajarkan oleh Mamaku bahwa aku harus extra menjaga kebersihan daerah kelaminnya.
Memasuki usianya yg ke-3 bulan, aku dan suami mulai menggunakan ‘disposable diapers’untuk anak kami. Awalnya masih baik-baik saja , sampai akhirnya Asca mengalami iritasi ringan. Segera saat itu Asca kuberikan lotion anti ruam popok dan masalah iritasi itupun hilang. Memasuki bulan ke-5, mendadak Asca terkena kembali iritasi akibat pemakaian pampers. Hampir berjalan seminggu, iritasi tersebut ternyata tidak kunjung sembuh. Merahnya sampai menimbulkan luka di pantat nya. Setiap kali Asca pipis atau puppy, ia pasti menangis.
Stress!! Aku dan suamiku tidak tega melihat anak kami menangis. Perlahan aku terpaksa memberhentikan anakku menggunakan pampers. Sampai pada suatu hari aku searching di Facebook dan mendapatkan satu Baby online shop yang menjual Cloth Diapers. Aku akhirnya googling lebih lanjut untuk mengetahui apakah Cloth diapers itu. Untuk memenuhi rasa ingin tahuku, akhirnya kuputuskan untuk membeli Cloth Diapers di FB online shop tersebut. Tidak sabar rasanya ingin segera digunakan pada bayiku. Akhirnya aku mengajarkan pengasuh bayiku untuk mulai menggunakan clodi tersebut. Percobaan pun berhasil, Asca nyaman menggunakan clodi tersebut. Waaahhh, hatiku dan suami sangat lega rasanya saat itu. Anak kami iritasinya berangsur-angsur pulih dan bahkan hilang. Thanks God!!…ternyata aku tahu jawaban dari iritasi tersebut. Sampai sekarang, anakku tidak pernah mengalami iritasi lagi.
Saya sangat puas dengan menggunakan cloth diapers, cara perawatannya mudah, tidak boros karena bisa cuci dan dipakai lagi, ramah lingkungan, dan yang terpenting menjauhkan anak dari ruam popok. Special thanks juga untuk online shop di FB (Mba Anti) yg pertama kali melayani saya untuk membeli clodi dengan sangat sabar. Sekarang saya punya stok hampir 10 clodi, budget yang dulu digunakan untuk beli pampers sekarang malah dipakai buat modal karena aku sekarang malah jadi reseller cloth diapers. Selain menyalurkan hobi berjualan, ternyata ada kesenangan dan kepuasan tersendiri ketika bisa berbagi dan menginformasikan kepada teman-teman Ibu lain yang belum mengenal cloth diapers dan akhirnya sekarang ikut beralih dari pampers dengan menggunakan cloth diapers.
Iritasi hilang, mama senang …bayi pun riang!!
Cloth Diaper = Berhemat dan Sehat!
Oleh: Luluch
Sebelum Westpa lahir, sebenarnya aku sudah tahu mengenai clodi alias cloth diaper dari temenku. Tapi saat itu, ketika mencari info tentang clodi via Google, wowww... terperangah oleh harganya. Masak popok kain seharga 250 ribu??? Mahal benerrr... Langsung mundur deh...
Jadi saat awal-awal usia Westpa, aku memakaikan pospak – 24 jam. Hal ini berlangsung sampai umur Westpa 3 bulan. Tiap ke supermarket selalu berlama-lama di bagian pospak, mencari tahu mana yang sedang prmo, dan membanding-bandingkan harga :D
Yang memicu peralihan ke clodi saat itu ialah saat Westpa pup di sore hari dan harus ganti pospak 1 jam sebelum jam mandinya. Rasanya seperti membuang uang ke tempat sampah. Dan aku pun mulai berhitung, Westpa memakai pospak P ukuran M dengan harga diskon @ Rp. 1.750,-, bila sehari membutuhkan 4-5 pospak, berarti dalam sebulan aku mengeluarkan uang minimal Rp. 210.000,-. Kalau dihitung sampai 2 tahun, total sekitar 5 jutaan. Padahal semakin besar ukurannya kan semakin mahal harga pospak. Oh no!
Mulai deh cari-cari info lagi tentang clodi di Indonesia. Saat itu ketemu dengan clodi lokal model pull up yang harganya lumayan murah. Coba-coba beli 2 pcs dulu... Hmmm.. performa sing kurang memuaskan yaaahhh. Tapi ternyata tetap bisa mengurangi kebutuhan pospak Westpa sehari-hari lhoo... Asyik!!
Akhirnya mencoba membeli 2 merk lokal baru saat itu, GG dan Cluebebe. Diujicobakan ke baby Westpa dan berlangsung sukses! Dan mulailah sesi CuRingKai – cuci kering pakai karena mamanya sedang senang-senangnya memakaikan clodi hahaha.
Semenjak itu pula, dari yang awalnya merasa sayang mengeluarkan uang untuk membeli clodi impor, akhirnya tergoda untuk mengoleksi clodi lokal – impor (tanpa sepengetahuan papanya hihihi). MamaWestpa jadi keranjingan ma clodi! Setiap hari mantengin toko online cloth diaper yang memberi harga murah atau sedang promo hehehe. Dan baby Westpa pun menjadi obyek percobaan performa berbagai macam cloth diaper.
Kini koleksi clodi Westpa sudah mencapai 14 biji, dari berbagai macam merk lokal maupun impor. Total pengeluaran untuk membeli clodi-clodi tersebut sekitar 1,5 juta (yang 2 dapat gratis hehehe :D ). Setara dengan pengeluaran pospak 7 bulan, tapi bisa dipakai sampai Westpa umur 2 tahun, dan bisa dipakai adiknya juga nanti. Woowww... hitung-hitung-hitung, hemat bangettt jatuhnya...
Ketika papanya tahu kalau harga clodi impor mencapai 250 ribu/pcs, beliau kaget dan ngomel-ngomel. Setelah kujelasin kalau clodi lebih hemat dan sehat, akhirnya beliau malah ikutan mendukung. Sekarang tiap kali melewati bagian pospak di supermarket, tinggal lenggang kangkung saja :) I love cloth diapers!!